"Kalau Gibran ke Jakarta itu lompatnya terlalu jauh. Masih ada Gubernur Jawa Tengah yang bisa dia jadikan model percontohan kepemimpinan dia," tutur Rocky.
"Kalau Gibran lompat tinggi, itu artinya nantangin Megawati. Mestinya diam saja. Jadi sekali lagi Gibran diumpankan untuk menguji apakah ketegangan antara Megawati dan Jokowi memanas, meninggi, atau menurun," imbuhnya.
Faktor lain yang membuat Gibran nekat membidik DKI Jakarta adalah demi mencari lawan politik, pasalnya kemungkinan besar Gibran tidak akan mendapat pesaing yang mumpuni di Jateng, kendati PDIP pasti siap memberikan tiket.
Di sisi lain, rencana politik Gibran juga dinilai membuat Megawati jengkel.
Gibran rupanya seperti dianggap memutuskan sendiri tanpa mempertimbangkan peran Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.
"Tapi tetap mempertimbangkan bahasa tubuh Ibu Mega, (sebab) sekali lagi Megawati tentu masih punya rasa jengkel saja terhadap Istana," terang Rocky.
"Itu yang terbaca pada statement dari anggota PDIP, 'Ini belum waktunya', ya gimana belum waktunya wong semua orang sudah bersiap mencari kader kok," sambungnya.
Baca Juga: Jawab Desas-desus Gibran Nyagub, Politisi PDIP: Belum Bicara Pilkada, Masih Ngomongin Pileg
Pasalnya saat ini Megawati masih menimbang-nimbang nama yang akan dicalonkan PDIP di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, tetapi di sisi lain juga didesak untuk mempersiapkan kader untuk dicalonkan di beberapa wilayah metropolitan seperti DKI Jakarta dan Jateng.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan