Menu


Mengenal Candi Penataran di Utara Blitar, Tampak Halaman, dan Sejarahnya

Mengenal Candi Penataran di Utara Blitar, Tampak Halaman, dan Sejarahnya

Kredit Foto: Instagram/Jeremy Thomas. mba

Tepatnya, di sana tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 M, yakni setahun lebih tua daripada Dwarapala di pintu masuk dan juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman kedua alias tengah ini terbagi lagi menjadi dua bagian, oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman.

Adapun, tembok itu tinggal pondasinya saja yang kini bisa terlihat. Ada enam buah sisa bangunan dari batu ataupun bata pada bagian timur laut. Tiga buah di antaranya hanya berupa pondasi dari bata, dua buah berupa batur, dan satu lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya.

Baca Juga: Gunung Ijen Sejuta Pesona, Ini Informasi Lokasi dan Rutenya

Halaman Belakang

Sampailah di halaman ketiga alias halaman belakang yang terletak di ujung tenggara, bagian paling belakang kompleks candi ini terletak di tanah yang lebih tinggi dari yang lainnya, mulai dari melewati pintu gerbang paduraksa yang tinggal pondasi saja dan dijaga dua Dwarapala.

Ada anggapan, tempat itu merupakan tempat paling sakral. Di halaman ini, terdapat sekitar 9 buah bekas bangunan yang letaknya tak beraturan. Bisa dikenali, dua buah candi yang merupakan bangunan candi induk dan prasasti Palah berupa linggapala.

Sepanjang sisi barat laut, ada lima sisa bangunan yang hanya berupa pondasi dan batur dari bata atau batu. Salah satunya, ialah batur yang punya relief-relief cerita candi yang tingginya sekitar satu meter.

Sejarah

Berbagai sumber yang diriset Konten Jatim menyebut arkeolog meyakini candi ini dinamakan Candi Palah saat penggunaannya dulu, hal ini juga disebutkan dalam prasasti Palah. Tahun 1194 merupakan tahun pembangunan oleh Raja Syrenggra yang bergelar Sri Maharaja Sri Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa, disebut prasasti tersebut.

Baca Juga: Kawah Ijen Populer karena 'Blue Fire'-nya, Begini Rute Mendakinya!

Ialah yang memerintah Kerajaan Kediri pada periode 1190-1200. Candi ini dibangun dengan maksud sebagai candi gunung tempat upacara pemujaan agar bisa menghindari atau menangkal mara bahaya akibat Gunung Kelud yang kerap meletus dan merusak pemukiman sampai pertanian.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman