Menu


Koalisi Perubahan Bisa Mati Sebelum Tumbuh

Koalisi Perubahan Bisa Mati Sebelum Tumbuh

Kredit Foto: Instagram/Wahidin Halim

Konten Jatim, Jakarta -

Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat belum menemukan kesepakatan resmi dalam pembentukan Koalisi Perubahan untuk Pemilu 2024.  Nasdem yang sebelumnya mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capresnya, baru-baru ini saya berpikir realistis apakah koalisi ini tidak akan terwujud dan gagal mengusung Anies.

Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai, belum disepakatinya siapa pendamping Anies sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres), menjadi penyebab utamanya deadlock-nya pembicaraan koalisi. Selain itu, ia juga menduga, ada faktor eksternal yang berupaya menghambat pencalonan Anies.

Baca Juga: NasDem Ancam Koalisi Bubar, PKS: Kami Optimis, Tinggal Selangkah Lagi

"Pertama, deadlock soal cawapres Anies, memang karena mengemuka nama yang ada seperti, AHY, Ahmad Syaiku dan Khofifah. Di luar itu, persoalannya nama Anies sebagai capres di Koalisi Perubahan sudah final," kata Agung kepada wartawan, Rabu (25/1/2023).

"Bila cawapres tak menemui kata sepakat, Koalisi Perubahan bisa jadi layu sebelum berkembang," imbuhnya.

Dan kondisi itu, menurut dia, memang diharapkan kubu lawan Koalisi Perubahan. Karena suka atau tidak, ia menegaskan, majunya Anies ini sedikit-banyak mengubah konstelasi politik koalisi selama ini.

"Artinya upaya untuk menggembosi Koalisi Perubahan takkan pernah berhenti sampai kelak didaftarkan ke KPU. Karena Anies selama ini identik dengan narasi perubahan (change) ketimbang keberlanjutan (continuity)," terangnya.

Agung menyoroti peristiwa pertemuan tertutup antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Eropa beberapa waktu yang lalu. Pertemuan itu bisa jadi bagian dari upaya penggembosan Koalisi Perubahan.

Baca Juga: Aksi Tolak Anies Dengan Lempar Ular Kobra, NasDem Pilih Tak Lapor ke Polisi

Koalisi Perubahan, kata Agung, bisa bubar sebelum terealisasi jika Nasdem, PKS, dan Demokrat tidak menemukan kata sepakat. Namun apabila PKS dan Demokrat akhirnya setuju dan ikhlas tidak memaksakan kadernya sebagai cawapres Anies, perlu ada insentif politik yang paling pas agar ketiga partai ini tetap bisa bersatu dalam Koalisi Perubahan.

"Hal itu juga perlu dipikirkan, agar nasib Koalisi Perubahan tetap mendapat tempat sendiri di masyarakat yang masih mengharapkan perubahan sistem politik dan ekonomi di Indonesia," ungkapnya.

Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA menilai, Partai Nasdem telah mengambil langkah yang berani dengan mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai bakal capres. Namun, langkah berani Nasdem itu, menurut Denny, mengandung risiko politik.

Menurut Denny, masalah yang dihadapi Partai Nasdem seusai deklarasi sudah mulai terlihat. Salah satunya muncul desakan dari partai-partai koalisi baru mereka, Partai Demokrat dan PKS, agar Nasdem secepatnya mengibarkan isu-isu perubahan.

Namun, bagi Nasdem, desakan itu tidak mudah direalisasikan. Karena hingga kini, Nasdem masih menjadi bagian dari Kabinet Indonesia Maju. Kader Nasdem, yakni Siti Nurbaya, Johnny G Plate, dan Syahrul Yasin Limpo adalah menteri-menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebaliknya, partai-partai yang ada dalam koalisi terdahulu juga tidak akan tinggal diam. Denny melihat, mereka akan mendesak Nasdem untuk membatalkan dukungannya kepada Anies atau hengkang dari pemerintahan.

"Mungkin sebulan depan, dua bulan atau tiga bulan ke depan, sebelum pendaftaran capres, dua tarikan ini yang akan keras sekali," kata Denny, Selasa (24/1/2023).

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Republika.