"Rumusnya; makin banyak + makin menyayat hati ilustrasi spanduknya biasanya makin ngga beres + ngga keliatan kerjanya di lapangan," ketiknya kembali.
Cuitannya ini pun mengundang beragam netizen ikut berkomentar, bahkan tak sedikit yang membenarkan perkataannya.
Rumusnya; makin banyak + makin menyayat hati ilustrasi spanduknya biasanya makin ngga beres + ngga keliatan kerjanya di lapangan ????
— Bhagavad Sambadha (@fullmoonfolks) July 3, 2022
"Setuju. Beberapa lembaga donasi terlalu mendramatisir kisah orang yang mereka bantu," ujar @seecuime****.
"hahahaa setuju banget, iklannya suka lewat tiktok terus gue mikir kok terlalu kayak jual derita orang lain ya buat minta sumbangan. ini yg mau dibantu fine gaksi deritanya didramatisir segininya buat iklan...," ketik @manda****.
"Rumus menggali donatur ala ACT, Valid sih...," tulus @qomarun****.
"Yesss betul banget. Mirisss dengan Kemiskinan dan kemalangan yg dipertontonkan secara berlebihan. Ternyata ya emang tujuannya buat dapetin duit sebanyak banyak. Biar bisa menunjang kehidupan hedon petingginya," ujar @fatimah****.
"Sejak dari kantor sebelum ini, belajar banyak sih tentang materi komunikasi dan bentuk publikasi kerja sosial yg etis; salah satunya adalah tidak etis memakai gambar penderitaan untuk mengemis belas kasihan. Image of suffering istilahnya. Atau lebih blak-blakan, poverty porn," ketik @Rodri****.
Sebagai informasi, ACT merupakan yayasan kemanusia yang rbergerak di bidang sosial dan kemanusian sejak 21 April 2005.
Dikutip dari website resminya, ACT terus memperluas kegiatannya yang tidak hanya kegiatan tanggap darurat namun juga program pemulihan pasca bencana, pemberdayaan dan pengembangan masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti qurban, zakat dan wakaf.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan
