Menu


Menohok, Partai Politik Disebut Kumpulkan Suara Lewat Politisasi Agama: 'Mudah Dimanfaatkan, Berbahaya Digunakan'

Menohok, Partai Politik Disebut Kumpulkan Suara Lewat Politisasi Agama: 'Mudah Dimanfaatkan, Berbahaya Digunakan'

Kredit Foto: Tangkapan Layar Zoom

Konten Jatim, Jakarta -

Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS menjelaskan terkait politisasi agama yang memicu intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Menurutnya, mengapa hal ini bisa terjadi lantaran belum tuntasnya masalah persoalan ideologi, ada sekolompok yang ingin memperjuangkan 7 kata dalam Piagam Jakarta.

"Sehingga mereka berupaya bagaimana agar negara ini digiring menjadi negara yang berhaluan pada agama-agama sehingga perjuangan mereka itu masih terus dilanjutkan melalui pemilu," ucap Fernando EMaS, dalam diskusi publik bertajuk 'Politisasi Agama Pemicu Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme' Kamis, 7 Juli 2022.  

Baca Juga: Cegah Politisasi Agama 2024, Pakar Ini Wanti-wanti Kepentingan Politik Tidak Lagi di Endorse oleh Tuhan

Ia menilai sekelompok orang yang terus menggunakan politisasi agama  tersebut, lupa bahwa negara Indonesia ini sudah terbentuk sejak dulunya.

"Bahwa negara kita sudah terbentuk, ideologi kita sudah terbentuk, sangat jelas UUD kita diamanatkan bahwa melindungi segenap bangsa Indonesia," ucapnya.

Oleh karena itu, ia mengatakan politisasi agama ini merupakan sebuah kegagalan dari partai politik dan para tokoh-tokoh politik.

"Saya melihat politisasi agama ini merupakan kegagalan oleh partai politik dan tokoh-tokoh politik menjaga stabilitas negara," ucapnya.

Hal ini disebabkan karena ambisi para politisi dan parpol yang ingin berkuasa di Indonesia.

"Jadi mereka lupa tujuan dari partai politik itu bukan meraih kekuasaan tetapi bagaimana kekuasaan itu juga dipakai untuk kesejahteraan masyarakatnya," tuturnya.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Tampilkan Semua Halaman