Menu


2 Cara Cegah Politik Identitas, Jangan Sampai Kejadian Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 Terulang di 2024

2 Cara Cegah Politik Identitas, Jangan Sampai Kejadian Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 Terulang di 2024

Kredit Foto: ANTARA FOTO/Novrian Arbi/wsj.

Konten Jatim, Jakarta -

Pengamat Intelijen dan Terorisme Stanislaus Riyanta mengungkap sejumlah cara agar politisasi agama dan politik identitas tidak terulang kembali pada Pilpres 2024 mendatang.

Stanislaus mengatakan masyarakat Indonesia harus cerdas, untuk tidak terjebak dalam sejarah kelam masa lalu.

Di mana, kata Stanislaus pada Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 lalu, banyak partai politik yang mengunakan politisasi agama untuk mendapatkan kursi di Senayan dan Istana.

"Politisasi agama, mendasar lagi kepada politisasi identitas, menurut saya itu adalah meraih kekuasaan, sejak dulu orang menggunakan politik identitas, menggunakan identitas untuk mengumpulkan massa. dengan identitas agama," ucapnya dalam diskusi publik bertajuk 'Politisasi Agama Pemicu Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme' Kamis, 7 Juli 2022.   

Baca Juga: Berkaca pada Pilkada 2017, Mungkinkah Jualan Surga dan Neraka Bakal Hantarkan Capres Raih Kekuasaan? Begini Jawaban Pakar

Menurutnya, politisasi agama yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah cara untuk meraih kekuasaan. 

Sementara itu, kata Stanislaus sejak dulu orang sudah menggunakan politik identitas untuk mengalang massa saat Pemilu maupun Pilkada.

"Tetapi memang menjadi sangat brutal dari 2017 hingga sekarang mereka menggunakan identitas-identitas agama, sehingga menghalalkan cara-cara lain," katanya.

Ia menilai politik identitas dengan identitas agama ini sudah berlebihan di Indonesia karena sangat berdampak hingga sekarang.

Kejadian seperti ini, kata Stanislaus merupakan sebuah kegagalan dari partai politik dalam menanamkan nilai dan menciptakan kader.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Tampilkan Semua Halaman