Menu


Kaum Radikal Pembenci Buya Syafii Maarif Harus Baca! Buya Pernah Lho Nolak Lobi Amerika demi Bela Ulama Radikal Ini

Kaum Radikal Pembenci Buya Syafii Maarif Harus Baca! Buya Pernah Lho Nolak Lobi Amerika demi Bela Ulama Radikal Ini

Kredit Foto: Republika

Konten Jatim, Jakarta -

Semasa hidupnya, Ahmad Syafii Maarif dikenal sebagai ulama yang memilih berjuang di jalur moderat. Ketua PP Muhammadiyah periode 1998-2005 ini juga dikenal sebagai cendekiawan muslim yang toleran.

Tak ayal, hal ini membuatnya tak disukai segelintir kalangan, terutama masyarakat muslim yang garis keras. Hal itu terlihat di media sosial pasca meninggalnya Buya Syafii, demikian sapaan akrabnya, pada Jumat (27/5/2022).

Mungkin tak banyak yang tahu atau lupa bahwa Buya Syafii Maarif pernah membela salah satu ulama garis keras yang kerap tersandung aksi terorisme, Abu Bakar Baasyir.

Buya Syafii dan Baasyir adalah dua orang yang berseberangan dalam sikap. Buya menerima Pancasila tapi tidak demikian dengan Baasyir. Namun, berseberangannya sikap tak menghilangkan sikap objektif Buya.

Jurnalis senior, Zen Rahmat Sugito menceritakan, pada 2004, Buya Syafii dilobi Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk menolak pembebasan Baasyir. Namun, ia menolak karena menganggap pembebasan Baasyir adalah putusan Mahkamah Agung.

Zen diketahui pernah menjadi murid Syafii di bangku perguruan tinggi.

Baca Juga: Bikin Merinding, Pastor Semarang Kenang Saat "Ditikung" Buya Syafii Maarif pada Peristiwa Bom Gereja, Katanya: Beliau Mendahului Saya..

"Prof. Syafi'i jelas berseberangan dg Ba'asyir, tapi para pembencinya mungkin gak tahu bahwa, 2004, ia dilobi Dubes AS agar ikut menolak pembebasan Ba'asyir sblm Pemilu 2004."

"Beliau menolak lobi: "Kalo MA membebaskan, hormati dong." Prof Syafi'i jd saksi meringankan utk Ba'asyir," tulis Zen lewat kicauannya di twitter dengan nama akun @zenrs, Jumat (27/5/2022).

Kicauan Zen itu merupakan quote retweet dari akun @dahlan_muhidin yang sebelumnya menulis utas panjang soal sosok Buya, beberapa di antaranya berisi seperti ini:

"Lidah dan diksi Buya Syafii ini memang seperti belati. Ia bela yg pantas dibela, walau pemahamannya ia tak setujui."

"Ia maki sesuatu yg memang layak dimaki. Termasuk dengan telengas nyebut Kementerian Agama sebagai lembaga terkorup."

"Ia gak pernah setuju dengan paham komunis. Tapi, saat mahasiswanya seperti @zenrs ngajukan kertas studi tentang Musso dan Aidit, ia apresiasi."

"Saat mahasiswanya seperti Rhoma Dwi Aria Yuliantri mengajukan draf naskah "Lekra Tak Membakar Buku", ia dengan terbuka ngasih komentar."

"Buya Syafii sadar betul betapa bahayanya menolak sesuatu tanpa proses mempelajarinya dgn tekun. Jatuhnya pada benci."

"Kebencian itu bisa sgt membakar kalau ketemu dengan rasialisme. Ditambah lagi pakai jubah agama. Komplet."

Baca Juga: Profil Buya Syafii Maarif yang Meninggal Dunia pada Usia 86 Tahun

Buya Ahmad Syafii Maarif meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Yogyakarta pada pukul 10.15 WIB, Jumat (27/5/2022).

Kabar meninggalnya Syafii Maarif pertama kali disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Buya Syafii lahir di Nagari Calau, Sumpur Kudus, Minangkabau pada 31 Mei 1935. Ia lahir dari pasangan Ma'rifah Rauf Datuk Rajo Malayu, dan Fathiyah.

Buya Syafii bungsu dari 4 bersaudara seibu seayah, dan seluruhnya 15 orang bersaudara seayah berlainan ibu. Ayahnya adalah saudagar gambir, yang belakangan diangkat sebagai kepala suku di kaumnya. 

Saat Syafii berusia satu setengah tahun, ibunya meninggal. Syafii kemudian dititipkan ke rumah adik ayahnya yang bernama Bainah.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO