Gempa yang menghantam Cianjur pada Senin (21/11/2022) lalu menyisakan beragam asumsi. Salah satunya adalah banyak orang yang mengaitkannya dengan berbagai fenomena mistis.
Fenomena itu misalnya, batu besar yang tak bergeser sama sekali hingga adanya awan berlafaz Allah saat gempa terjadi.
Seorang pengamat sekaligus akademisi Ahmad Arif menampik beragam fenomena tersebut.
Ia mengatakan, yang lebih penting dari sekedar mendebatkan fenomena mistis adalah mencari tau kenapa gempa Cianjur bisa menewaskan banyak orang.
Ahmad Arif pun menerangkan pendapatnya melalui twitter pada Rabu (23/11/2022). Ia menyebut hal itu karena kualitas bangunan penduduk sangat buruk.
Bangun kereta cepat dan IKN bisa kok. Kenapa nggak bs mensubsidi rakyat tdk mampu agar memperkuat bangunannya shg tahan gempa? Jepang melakukan itu. Sedangkan bg rakyat yg berduit, cukup perketat aturan IMB agar memenuhi standar aman gempa. Ini soal prioritas sih.
— Ahmad Arif (@aik_arif) November 22, 2022
“Ya, karena kualitas bangunan kita buruk dan selama hampir 20 thn sejak gempa Aceh tdk banyak perbaikan soal itu. Gempa Lagi, Rusak Lagi,” ujarnya.
Lantas ia menuding pemerintah tidak sanggup memberi subsidi rakyatnya untuk membangun rumah yang seharusnya bisa tahan gempa.
Padahal, lanjutnya, pembangunan kereta cepat dan Ibu Kota Negara (IKN) saja bisa diwujudkan. Ia menyayangkan prioritas anggaran itu malah digunakan untuk kepentingan yang non darurat.
“Bangun kereta cepat dan IKN bisa kok. Kenapa nggak bs mensubsidi rakyat tdk mampu agar memperkuat bangunannya shg tahan gempa?,” ujarnya.
“Jepang melakukan itu. Sedangkan bg rakyat yg berduit, cukup perketat aturan IMB agar memenuhi standar aman gempa. Ini soal prioritas sih,” lanjutnya.
Untuk masalah itu, Ahmad Arif menyarankan supaya selanjutnya proses pembangunan rumah tidak hanya mementingkan sisi estetiknya saja.
Apalagi, rerata alasan orang-orang untuk membangun rumah adalah terkendala biaya. Padahal menurutnya keamanan dan kenyamanan itu jauh lebih penting.
“Masalahnya biaya? Ya salah satunya, tp tdk sepenuhnya. Di lapangan, banyak jg yg punya uang memilih bangun asal keren tp lupa tulangannya. Jadi, sekali lagi pengetahuan dan persepsi risiko jg faktor penting,” tulisnya.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO