Menu


Jokowi: Hati-Hati Dengan Krisis Pangan, Bisa Jadi Masalah Lain

Jokowi: Hati-Hati Dengan Krisis Pangan, Bisa Jadi Masalah Lain

Kredit Foto: Instagram @jokowi

"Saya tidak percaya sama sekali krisis pangan terjadi, karena itu diungkapkan sejak 2020 oleh FAO," kata Prof Dwi kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Karena faktanya, stok pangan selalu tercukupi. Hanya saja, isu itu seakan-akan sengaja digulirkan untuk mengerek harga.

"Bisa dibayangkan sejak diungkapkan FAO, harga pangan naik terus. Siapa yang menikmati? Ya negara-negara produsen," sebutnya.

Sementara Indonesia, ketergantungan impor pada 8 komoditas utama cukup tinggi dalam 10 tahun terakhir. Catatannya, dari tahun 2008 ke 2018 impor pangan mencapai 27 juta ton. "Tahun 2020 melonjak lagi, lalu 2021 rekor baru," rincinya.

Baca Juga: Sekretaris Projo Beberkan 3 Pertanyaan di Dalam Musra, Salah Satu Soal Kepuasan Program Jokowi

Ia mengakui, persoalan pangan bukan perkara gampang, tapi jika merujuk pada data BPS, Indonesia sama sekali tidak kekurangan beras. Hingga akhir tahun, Indonesia masih ada kelebihan beras sekitar 1 juta ton lebih. Itu belum ditambah dengan produksi awal tahun 2023.

"Sangat aman, dan kita semua percaya dengan data BPS. Jadi, kenapa harus impor, jika menyakitkan petani. Karena petani dalam 3 tahun terakhir ini merugi. Dan baru sekarang mendapatkan harga bagus," terangnya.

Pakar Pangan IPB lainnya, Dr Sofyan Sjaf menilai persoalan mendasar saat ini adalah Indonesia masih belum punya data dasar, yang memuat berapa eksisting kondisi sawah yang ditanami, yang lagi produksi atau yang akan produksi. Termasuk data konsumsi beras perkeluarga dan lainnya.

Baca Juga: Hensat Sebut Jokowi Kehilangan Zona Nyaman Jelang Lengser di 2024 Mendatang

Ia mengakui bahwa Indonesia punya penyuluh desa dan penyuluh pertanian, sebagai garda terdepan untuk meng-update data-data pangan tersebut. "Tapi ketika melakukan sensus lahan pertanian itu itu engga bisa dilakukan, karena keterbatasan metodologi," terangnya.

Sementara saat ini, pendataan lahan mengandalkan satelit. Namun, tingkat akurasinya, masih kurang. "Pernah ketika saya mengecek ke lapangan, ada 10 hektar lahan di desa itu, ketika saya masuk ternyata cuma 1,5 hektar. Itupun enggak ditanami semua. jauh errornya," ungkapnya. 

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Rakyat Merdeka.