Menu


Denny Siregar Kena Sentil Soal Kereta Cepat Gegara Kritik Masjid Al Jabbar, Seberapa Beban Proyek Itu?

Denny Siregar Kena Sentil Soal Kereta Cepat Gegara Kritik Masjid Al Jabbar, Seberapa Beban Proyek Itu?

Kredit Foto: Antara

Konten Jatim, Jakarta -

Baru-baru ini, pegiat sosial Denny Siregar turut menanggapi kontroversi Masjid Raya Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, yang baru diresmikan akhir tahun lalu. Kritik ini disampaikannya lewat unggahan video.

Di kanal YouTube 2045 TV, ia menilai biaya sebesar Rp1 triliun sebaiknya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat alih-alih membangun sebuah masjid. 

Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pun turut dikritiknya terkait keberpihakan dengan seluruh masyarakat provinsi sampai membandingkan rencana pembangunannya dengan yang dilakukan Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama saat menjabat di DKI Jakarta.

Baca Juga: Berapa Kecepatan Kereta Cepat Tercepat di Dunia? Berikut Perbandingannya dengan KCJB

Tanggapan Denny tersebut rupanya memancing komentar lain yang sangat keras dari kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Umar Hasibuan. Gus Umar, lewat Twitter-nya, menilai Denny tutup mata soal masalah serupa yang dilakukan Presiden Joko Widodo.

Berisik lu. Daripada bangun kereta cepat ratusan triliun mending duitnya untuk membangun hajat hidup rakyat Indonesia yang di bawah garis kemiskinan. Berani gak lo ngomong gini ke Jokowi?” tulisnya di unggahan Twitter tersebut pada Jumat (6/1/2023).

Bicara tentang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB), Wakil Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus anggota Komisi V DPR Williem Wandik menilai proyek ini berpotensi menjadi beban daripada keuntungan.

Masa jabatan Presiden Jokowi yang segera selesai meski kata rampung masih cukup jauh dalam proyek ini, berarti proyek ini akan pula ditanggung oleh pemimpin berikutnya.

"Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung saat ini berada pada posisi menjadi beban Pemerintah dan generasi presiden selanjutnya. Beban ini akan ditanggung pemerintah selama 80 tahun berikutnya, bisa berpotensi bertambah, jika selama 80 tahun tersebut terjadi kondisi yang luar biasa," ujar Willem lewat keterangannya seperti dikutip dari Warta Ekonomi.

Sejumlah faktor jadi alasan proyek kereta cepat ini bakal jadi beban, yakni realisasi anggaran pengerjaan proyek yang telah melampaui ambang batas dari perencanaan anggaran, lalu gelembung anggaran proyek ini pun jadi beban yang lebih menakutkan daripada utang IMF.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Ungkap Bahayanya Godaan Setan, Malas Sholat Tahajud Salah Satunya

Ini disebabkan klausul penguasaan monopoli jalur kereta cepat justru dikuasai hampir 100 tahun yang bahkan melampaui batas produktivitas aset kereta cepat. Para insinyur dipaksa mengejar waktu demi pencapaian politis, kata Williem, hingga berbagai aspek standar engineering dan keselamatan justru terabaikan.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO