Menu


10 Saksi Bisu Sejarah di Surabaya, Yakin Sudah Kunjungi Semua, Rek?

10 Saksi Bisu Sejarah di Surabaya, Yakin Sudah Kunjungi Semua, Rek?

Kredit Foto: Creative Commons/sbamueller

Konten Jatim, Jakarta -

Bicara tentang sejarah memang dipenuhi dengan berbagai pengetahuan baru dan emosi baru yang mengiringi. Dari zaman pemerintahan Hindia Belanda, misalnya, banyak saksi yang bisa “menceritakan” serba-serbi Indonesia di kala itu. Tak luput juga, saksi bisu.

Saksi bisu yang dimaksud ialah bangunan-bangunan peninggalan Belanda di Indonesia, seperti halnya bangunan bersejarah di wilayah lain Indonesia yang jadi saksi bisu pemerintahan Belanda zaman dulu.

Di Surabaya, ada pula banyak bangunan bersejarah hasil peninggalan yang selanjutnya dimanfaatkan untuk kepentingan umum. Berikut 10 di antaranya yang mesti coba dikunjungi jika sedang di Surabaya, dikutip dari Sejarah Lengkap:

Baca Juga: Pengin Jualan? Ini Resep Bakso Malang Mudah dan Nikmat Buat Dijual Pemula

1. Monumen Kapal Selam

Lokasi Monumen Kapal Selam terletak di Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Sebenarnya, monumen ini adalah kapal selam KRI Pasopati 410 yang merupakan salah satu armada Angkatan Laut RI buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal ini dipakai dalam Pertempuran Laut Aru demi membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

2. Tugu Pahlawan

Siapa yang asing dengan nama tugu ini? Tugu Pahlawan yang jadi markah tanah Kota Surabaya ini berbentuk paku terbalik setinggi 41,15 meter. Bagian tubuhnya terdiri dari 10 lengkungan dan dibagi atas 11 ruas. Adapun makna dari tinggi, ruas, dan lengkungan itu ialah tanggal 10 bulan 11 tahun 1945, yang merupakan Pertempuran 10 November 1945.

3. Jembatan merah

Selanjutnya, ada Jembatan Merah yang bernilai penting semasa zaman VOC karena menjadi penghubung paling vital melewati Kalimas ke Gedung Karesidenan Surabaya. Dulunya jadi daerah perniagaan yang mulai berkembang gegara Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram dengan VOC, kini fungsinya masih sama.

4. Hotel Majapahit

Baca Juga: 3 Ciri Khas Bakso Malang, Si Spesial yang Beda dari Bakso Biasa

Hotel mewah bersejarah di Surabaya, itulah Hotel Majapahit yang sempat beberapa kali berganti nama, mulai dari LMS, Hotel Oranje, Hotel Yamato, Hotel Hoteru, hingga menjadi Hotel Majapahit. Adapun, hotel ini jadi saksi bisu perjuangan peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda jadi bendera merah putih pada 19 September 1945.

5. Gedung Pertamina UPDN V Surabaya

Awalnya, gedung ini adalah bangunan De Societeit Concorda yang dibangun pada 1843 dan merupakan hasil rancangan J.P. Ermeling. Dulunya, gedung ini jadi tempat hiburan para tuan dan nyonya besar bangsa Belanda dan Eropa untuk menikmati kehidupan malam. Setelah dinasionalisasi, gedung itu jadi Kantor UPDN V Pertamina dan ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

6. Gedung Bank Mandiri

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Rawon Lezat Jatim, Hidangan Khusus Acara Adat yang Sekarang Umum

Gedung ini awalnya bernama Gedung NV Lindevetes, dibangun pada 1911 oleh Hulswit dengan nama Gedung Lindeteves stokvis yang digunakan untuk pabrik mesin Pemerintah Hindia Belanda dan perbaikan kapal-kapal perang. Di masa pendudukan Jepang, gedung ini dipakai untuk Kitahama Butai, tepatnya sebagai bengkel perbaikan dan penyimpanan kendaraan sampai senjata berat.

7. Gedung Siola

Selanjutnya, saksi bisu sejarah di Surabaya ialah Gedung Siola yang dulunya bernama White Laidlaw. Ini didirikan pada 1877 dan ditempati oeh Toko Whiteaway Laidlaw&Co milik pengusaha Inggris Robert Laidlaw, yang menjual tekstil dan pakaian dan kemudian berkembang jadi toserba terbesar di Hindia Belanda. Terbakar habis pada pertempuran 10 November, toko ini sekarang digunakan sebagai Kantor Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil Surabaya, Kantor Badan Koordinasi Pelayan dan Penanaman Modal (BKPPM), dan Museum Surabaya.

8. Gedung Negara Grahadi

Dibangun pada 1795, Gedung Negara Grahadi awalnya difungsikan untuk rumah kebun sebagai peristirahatan pejabat Belanda, dan sesekali jadi tempat pertemuan dan pesta. Gedung ini terdiri dari dua lantai bergaya Roma yang dirancang oleh arsitek Belanda, Ir. W. Lemci. Lalu, gedung ini jadi tempat perundingan Presiden Soekarno dan Jenderal Hawtorn untuk mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan Sekut. Kini, gedung ini jadi tempat menerima tamu Gubernur Jawa Timur, pelantikan pejabat, dan upacara peringatan hari nasional.

9. Gedung Soverdi

Gedung Soverdi didirikan pada 1925 dan dirancang oleh Hulswit, Fermont, dan Ed. Cuypers. Gedung ini resmi jadi milik SVD pada 1 Januari 1875, tetapi rumah Soverdi di Jl, Imerto baru terjual pada 9 Mei 1975 oleh Markus Alim (pemilik perusahaan Maspion). Adapun Soverdi ialah kependekan dari Societas Verbi Divini (The Society of the Divine Word), yakni Ordo Gereja Katolik Roma yang didirikan pada 1875 di Steyl, Belanda oleh Santo Arnoldus Janssen.

10. Gedung Aperdi

Baca Juga: Kenalan dengan Rawon Asal Arekan dan Solo, Sup Daging Nikmat Berkuah Hitam

Dulunya, gedung ini ialah kantor Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente (Perusahaan Umum Asuransi Jiwa dan Tunjangan Hari Tua). Ini merupakan perusahaan asuransi jiwa terbesar di Belanda yang berdiri pada 1880. Kemudian, gedung ini disebut Gedung Aperdi karena pernah ditempati PT. Aperdi Djawa Maluku.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024