Menu


Ramai-ramai Hujat Megawati soal Papua, Tokoh NU Ini Justru Belain, Katanya Orang Lain Aja yang Gak Paham Maksud Bu Ketum

Ramai-ramai Hujat Megawati soal Papua, Tokoh NU Ini Justru Belain, Katanya Orang Lain Aja yang Gak Paham Maksud Bu Ketum

Kredit Foto: Instagram Megawati Soekarnoputri

Konten Jatim, Jakarta -

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri terus mendapat hujatan dari berbagai pihak.

Penyebabnya tak lain karena Megawati mengucapkan kalimat-kalimat yang dinilai telah melakukan rasis terhadap orang Papua.

Namun dari banyaknya hujatan itu, akun Twitter tokoh NU Nadirsyah Hosen tampak memberikan pembelaan terhadap Megawati.

Sebagai informasi, akun milik Gus Nadir, sapaan Nadirsyah Hosen, bukan hanya berisi cuitan-cuitan pribadinya.

Akan tetapi juga cuitan-cuitan yang dibuat oleh santri-santri pria yang kini mengajar di Monash University, Australia itu.

Dalam unggahannya, akun Gus Nadir ini mengatakan bahwa banyak pihak yang salah paham dengan ucapan pidato Megawati di Rakernas PDIP itu.

Menurutnya suasana pidato Megawati sangat cair dan tidak seperti yang dipikirkan kebanyakan orang.

Akun Gus Nadir itu juga menyampaikan bahwa Megawati pada awalnya menceritakan pengalamannya bersama anak-anaknya soal mencari pasangan hidup.

Lalu Megawati membahas soal pernikahan antar suku di mana hal itu juga sudah banyak terjadi di Papua sehingga sudah sesuai Bhineka Tunggal Ika.

Baca Juga: Mungkin Enggak Megawati Ditangkap Gara-gara Pidato Rasisnya soal Papua? Kalau Kata Tokoh NU Ini sih Kasusnya Bakal Kayak Gini

"Ini kok banyak yg salah paham sih. Suasana cair dan akrab saat pembukaan Rakernas PDI Perjuangan. Bu Mega cerita soal guyon sama anak2nya ttg mencari jodoh. Plus kini sdh terjadi pernikahan antar suku, termasuk di Papua —hal yg baik sesuai Bhinneka Tunggal Ika," kata akun Gus Nadir, dikutip Konten Jatim dari @nad_dirs, Kamis (23/06/2022).

Di akhir cuitannya, akun Gus Nadir itu juga tampak menyindir pihak-pihak yang menghujat Megawati dan menganggapnya tidak paham.

"Mosok gak paham," terangnya



Seperti diketahui, ucapan Megawati yang dinilai rasis terhadap orang-orang Papua itu bermula dari Ketua Umum PDIP yang membahas pentingnya perkawinan campur.

Saat membahas perkawinan campur, Mega lantas berguyon soal fisik tukang bakso dan orang Papua.

"Manusia Indonesia ini kan bhineka tunggal ika, harus bersatu padu bukan hanya dari segi fisik dan perasaan, tapi ya itu tadi, rekayasa genetika."

"Maaf ya, sekarang dari Papua ya, Papua itu kan hitam-hitam ya," ucap Mega.

Megawati kemudian melanjutkan dengan menceritakan pengalamannya saat pertama kali datang ke tanah Papua.

"Makanya waktu kemarin saya bergurau dengan Pak Wempi (Wamendagri John Wempi Wetipo). Kalau sama Pak Wempi sudah dekat. Itu dia ada."

"Kopi susu," ujar Mega disambut tawa peserta acara. Istilah tersebut sering digunakan untuk menggambarkan dua orang berbeda warna kulit yang sedang berdekatan.

Ucapan itulah yang kemudian dinilai banyak pihak telah merendahkan orang-orang Papua.

Baca Juga: Megawati Beberkan Pernah Wanti-wanti Anaknya Soal Cari Pasangan, Eh Ada yang Nyamber: Tukang Bakso Aja Gak Mau Sama Puan!

Terlebih ucapan Megawati itu disambut tawa semua kader PDIP termasuk Presiden Jokowi yang pada akhirnya membuat publik geram.

Di sisi lain, tokoh NU, Umar Hasibuan atau yang akrab disapa Gus Umar menjadi salah satu orang yang menilai ucapan Megawati itu berbau rasis.

Gus Umar merasa geram dengan ucapan Megawati itu, namun hingga saat ini hanya sedikit orang yang menganggap Ketua Umum PDIP itu rasis.

Karena itu, ia mengatakan jika saja yang berbicara adalah orang di luar rezim, pasti menurutnya dalam hitungan menit langsung ditangkap.

"Coba kalau yang bicara rasis gini Yang berseberangan dengan rezim dalam hitungan menit pasti ditangkap," kata Gus Umar



Selain Gus Umar, terdapat dua pesohor Indonesia Timur seperti Abdur Arsyad dan Arie Kriting yang mengkritik ucapan Megawati tersebut.

Abdur Arsyad bahkan sampai mengatakan mendukung Papua merdeka lantaran kesal dengan ucapan Megawati yang dinilai merendahkan orang-orang Papua.

"Kalau omongannya begini, saya dukung Papua Merdeka," kata Abdur Arsyad.



Sedangkan Arie Kriting menyinggung soal perkawinan campur yang disampaikan Megawati namun seolah-olah orang-orang Papua tidak boleh melakukannya.

"Kalau mau mewujudkan Bhineka Tunggal Ika, ya harus beragam. Gak ada urusan orang kulit hitam harus kawin campur sama yang lain. Memangnya kenapa kalau orang kulitnya gelap? Memang kenapa kalau jadi tukang bakso?
Perasaan sebagai ras superior ini kok ya masih dipelihara," ungkap Arie Kriting.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024