Menu


Makna Haji Mabrur yang Sebenarnya, Bukan Ibadah yang Diterima

Makna Haji Mabrur yang Sebenarnya, Bukan Ibadah yang Diterima

Kredit Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.

Konten Jatim, Jakarta -

"Semoga menjadi haji mabrur," doa tersebut kerap kali mengiringi seseorang yang akan naik haji. Sayangnya, penggunaan istilah haji mabrur nampaknya sering disalahpahami oleh sebagian umat muslim

Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan, haji mambrur rupanya bukan semata-mata diberikan kepada mereka yang ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Haji mabrur adalah mereka yang mampu meninggalkan sifat buruknya usai pulang dari Tanah Suci.

Baca Juga: Dahulukan Haji atau Umrah? Simak Jawaban Ustadz Adi Hidayat

"Haji mabrur adalah mereka yang mampu meninggalkan sifat buruk setelah pulang dari Tanah Suci," ujar ustaz.

"Mambrur itu dari berasal kata birrun. Birrun itu artinya sifat baik yang muncul setelah jeleknya hilang. Misal orang yang tadinya kasar, pulang haji jadi lembut," jelasnya.

Jika kata birrun melekat dalam diri kita, sambung UAH, maka itu dinamakan mabrur. Jadi haji mabrur itu bukan haji yang diterima, tapi haji yang merubah pelakunya dari perilaku yang tidak baik menjadi baik.

Menurut sang ustaz, panggilan "Pak Haji" atau "Bu Haji" bukanlah sebuah gelar, melainkan pengingat agar mereka tak lagi mengulang sifat buruknya. 

"Jadi ketika orang setelah haji sampai di Bandara dia dipanggil Haji, ini supaya mengingatkan jangan lagi jeleknya muncul. Nama Haji itu bukan gelar, tapi pengingat." 

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat: Haji Bukan Untuk Mendapatkan Gelar

Pahala bagi haji yang mabrur adalah surga. Pasalnya, haji merupakan penggabungan ibadah dari harta dan fisik. 

"Orang yang tidak punya harta tak mungkin menunaikan haji. Begitu juga dengan fisik," tambah Ustadz Adi Hidayat.

"Mustahil bisa haji kalau gak ada harta untuk berangkat. Mustahil bisa tawaf kalau tak ada kemampuan fisik. Karena itu haji mambrur tidak ada pahala yang sepadan kecuali surga," tegasnya.