Menu


Berkenalan dengan Simpang Lima Gumul Kediri, Monumen yang Mirip Arc de Triomphe Paris

Berkenalan dengan Simpang Lima Gumul Kediri, Monumen yang Mirip Arc de Triomphe Paris

Kredit Foto: Orami

Konten Jatim, Jakarta -

Pernahkah Anda mendengar nama L’arch D’ Triomphe? Ini adalah monumen berbentuk pelengkung khas kemenangan di Paris yang berdiri di tengah area Place de l'Étoile, di ujung barat wilayah Champs-Élysées. Lantas, apa hubungannya dengan Simpang Lima Gumul (SLG), Kediri?

Monumen yang berdiri sejak 2008 ini menyerupai monumen penting di Paris itu. Adapun, Simpang Lima Gumul ini disebut Wong Kediri dan Wisatanesia terinspirasi dari Jongko Jojoboyo, raja kerajaan Kediri abad ke-12 yang ingin menyatukan lima wilayah di Kabupaten Kediri.

Baca Juga: 7 Lokasi Wisata Populer nan Indah di Gunung Semeru, Jangan Menoleh di Tanjakan Cinta

Adapun menurut situs Kabupaten Kediri, monumen ini menjadi tiang pancang pengembangan kawasan Simpang Lima Gumul menjadi kota baru di Kabupaten Kediri. Monumen ini punya spirit berdirinya Kabupaten Kediri sehingga diposisikan tepat di tengah jalur lima jalan arah Pare, Kediri, Plosoklaten, Pesantren, dan Menang.

Monumen ini digagas oleh Sutrisno, Bupati Kediri saat itu, dan menjadi ikon kota sekaligus sentra ekonomi dan perdagangan baru di Kabupaten Kediri yang diharapkan bisa membuat Kediri semakin maju. Adapun, SLG punya luas bangunan 804 meter persegi, ditumpu 3 tangga 3 meter dari dasar pura, dan tinggi 25 meter.

Tak heran, kita bisa melihat keseluruhan panorama Kediri dari atas jika berada di atap monumen.

Di sisi monumen ini terpahat relief-relief tentang sejarah Kediri, serta kesenian dan kebudayaan yang kini ada. Bahkan, angka luas dan tinggi monumen juga mencerminkan tanggal, bulan, dan tahun hari jadi Kabupaten Kediri, yakni 25 Maret 804 Masehi.

Baca Juga: Jelang Pergantian Tahun, Objek Wisata Pantai Selatan Sukabumi Masih Sepi

Bagaimana, sudahkah Anda mengunjungi Simpang Lima Gumul?

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO