Menu


Episode Sinau Bareng Cak Nun, Kisahkan ‘Orong-orong’ dan Sunan Kalijaga: Makna Tersirat untuk Hidup Tenang

Episode Sinau Bareng Cak Nun, Kisahkan ‘Orong-orong’ dan Sunan Kalijaga: Makna Tersirat untuk Hidup Tenang

Kredit Foto: YouTube/CakNun.com

Konten Jatim, Surabaya -

Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun selalu menebar cerita unik yang mengundang gelak tawa Jemaahnya. Tak hanya menghibur, penyampaian kisah yang diceritakan oleh Caknun seringkali mengandung makna tersirat.

Tokoh agama asal Jombang, Jawa Timur itu dalam kesempatannya berceramah, menyinggung soal kisah Sunan Kalijaga dan hewan anjing tanah atau ‘orong-orong’.

Ia menceritakan ada makna yang begitu dalam dari kisah di baliknya. Cak Nun pun mengisahkan cerita lama tersebut.

Baca Juga: Julukan Paris van East Java untuk Kota Malang Ternyata Bermula dari Hal Ini

“Orong-orong itu temannya Sunan Kalijaga,” ujarnya dalam kanal YouTube CakNun.com yang dikutip pada Kamis (8/12/2022).

Cak Nun dalam pembukaan ceritanya menyebut saat itu para wali (Walisongo) hendak membangun Masjid Demak, mereka semua sudah menyiapkan tiang penyangga setelah pondasi.

“Jadi begini, para wali membangun masjid demak, semua wali sudah menyiapkan cagak (tiang penyangga),” ucap ayah dari vokalis grup band Letto itu.

Namun, saat itu, Sunan Kalijaga datang terlambat.

“Karena Sunan Kalijaga itu tugasnya ke sana-kemari mencarikan beras dan bantuan untuk wong cilik (warga miskin), jadi dia datangnya terlambat,” kisahnya.

Karena tak kebagian kayu utuh untuk membuat tiang, lantas Sunan Kalijaga mengumpulkan sisa-sisa kayu yang berserakan. Kayu itu kemudian dijadikan satu lalu ditumpuk.

“Akhirnya, tatal-tatal (sisa kayu) dikumpulkan, ditali jadi satu, dan ditumpuk jadi cagak,” lanjut Cak Nun.

Namun nahas, saat proses itu berlangsung, Sunan Kalijaga tak sengaja melukai seekor orong-orong atau serangga anjing tanah, kepalanya terputus.

Baca Juga: Kota Malang, Kota Paris van East Java Yang Sejuk Dan Indah

“Tapi saat beliau (Sunan Kalijaga) maprasi cagak, ternyata ada korbannya, orong-orong ketugel gulune (terpotong lehernya),” ucapnya lagi.

Karena kasihan, orong-orong itu (oleh sunan kalijaga) diselamatkan. Badan yang awalnya terpisah dengan kepala akhirnya disambung kembali

Konon, penyambungan kepala dengan badan hewan kecil itu dilakukan oleh Sunan Kalijaga dengan menggunakan kayu kecil.

“Trus Sunan Kalijaga berdoa, bismillah, dijupuk awak e karo endase (diambil badan dan kepalanya), disambung dikasih kayu kecil (guthik),”sambungnya.

Siapa sangka, hewan itu rupanya hidup lagi.

“Ditancapkan dan disambung, trus orong-orongnya hidup lagi,”

Melalui kisah Sunan Kalijaga dan orong-orong tersebut, Cak Nun menyimpulkan adanya pesan tersirat yang bisa dimaknai sebagai pelajaran hidup manusia zaman sekarang.

Layaknya kisah orang-orong, kata Cak Nun, jika seseorang menginginkan hidup tentram dan nyaman, maka ia harus menyambungkan maksud hati dengan pikiran.

“Jadi kalau anda ingin hidup itu enak, sambungkan kepala dengan badan, hati dan pikiran tidak bisa terpisah, harus bekerja sama,” ujarnya.

“Jadi jodohnya hati itu pikiran, pikiran yang menentukan,” sambungnya.

Dengan begitu, setiap hal yang diinginkan oleh hati, akan selalu matang dipikirkan oleh pikiran. Sehingga, manusia tak menjadi serakah dan ceroboh memutuskan segala sesuatu dalam hidupnya.

“Hati yang ingin, lalu pikiran yang memutuskan, dengan begitu, hidup bisa lebih teratur dan tenang,” pungkasnya.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan